Sabtu, 19 April 2008

Yayasan Solidaritas Eks Napi Indonesia (YASENI)

Ditulis Oleh Rison Syamsuddin
Ketika Pintu Jeruji Besi Terbuka
Sampah masyarakat, merupakan idiom yang acapkali melekat dalam diri mantan narapidana. Untuk memulihkan mental dan membina mereka setelah keluar dari penjara, maka di bentuklah wadah khusus untuk mereka.

YASENI. Memberdayakan para mantan Napi.

Tak pernah ada orang yang bercita-cita, bahkan bermimpi suatu saat akan masuk ke dalam penjara. Tetapi seringkali realita hidup berkata lain, karena masalah ekonomi, dendam, serta faktor lainnya, membuat banyak orang memakai kata ‘khilaf’, untuk sedetik kejahatan yang berujung pada hukuman bulanan bahkan seumur hidup yang telah menantinya.

Setelah berada dalam LP/Rutan, berbagai keterampilan tentu saja diberikan kepada para Napi, untuk mengisi hari-hari ‘libur’ mereka selama berada di LP/Rutan. Perbengkelan, pertukangan, komputer, dan keterampilan lainnya merupakan bekal dasar, yang diharapkan akan digunakan ketika para Napi tersebut keluar. Meskipun demikian, nyatanya masih kurang bahkan tidak ada wadah yang membina mantan Napi ketika berada di tengah-tengah masyarakat.

Yaseni pun hadir, menjadi wadah sosial yang bertujuan memulihkan mental dan membina para Eks Napi, agar bisa bekerja secara halal untuk peningkatan kesejah-teraannya. Organisasi ini sendiri, merupakan organisasi pertama bagi eks narapidana di Indonesia yang berkedu-dukan di Makassar.

“Yaseni didirikan pada tanggal 23 Januari 2008 dengan maksud dan tujuan, membantu pemerintah dalam menciptakan ketenteraman dalam masyarakat, menciptakan lapangan kerja, memberdayakan masyarakat eks napi serta memperkuat rasa persatuan dan solidaritas sesama eks napi,” kata Amirullah Tahir, SH, salah seorang pendiri Yaseni.

Yaseni sendiri menyadari, salah satu faktor tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi, diakibatkan karena tidak terse-dianya lapangan kerja yang memadai bagi para eks Napi, ditambah lagi tidak adanya wadah dan sarana untuk mensosialisasikan diri setelah keluar dari tahanan, membuat eks Napi cenderung mengulangi perbuatannya karena desakan kebutuhan ekonomi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hasanuddin Tahir, SH, salah seorang pendiri Yaseni, bahwa Yaseni akan lebih terkonsentrasi pada pemberdayaan eks napi sesuai keterampilan yang dimiliki, melakukan pembinaan, pengarahan tentang potensi SDM yang dimiliki, serta membentuk work shop dan tempat pelatihan bagi usaha-usaha kecil dan menengah sebagai bentuk pembinaan dan latihan, agar para eks napi mampu mandiri dan tidak berpikir lagi untuk mengulangi perbuatan yang dapat melanggar hukum.

“Yaseni selanjutnya akan melakukan kegiatan berupa pembentukan dan pelantikan pengurus di daerah-daerah di seluruh Indonesia sesuai kemampuan, dan juga segera akan menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah di tingkat pusat (Menteri Hukum dan Ham, Menteri Sosial, Menteri Pemuda, Pangdam, dan Kapolri serta organisasi LSM yang bergerak dalam bidang Kemanusian dan HAM), dan menjalin kerjasama dengan Pemprov, Pemda Kota/Kabupaten, Instansi Peme-rintah lainnya, Kapolda, Pangdam, Kepala LP/Rutan), kerjasama diawali dengan pembuatan MOU antara instansi-instansi tersebut,” sebut Syukri Djunaid Nuh, salah seorang pendiri Yaseni.

Ketika bergabung di Yaseni, para eks Napi akan mempeoleh beragam keteram-pilan, mulai dari pembentukan Perbengkelan, bengkel pengelasan, Meubel, Workshop, percetakan sablon, salon kecan-tikan, jasa pengamanan, kegiatan sosial, menyelenggaran pendidikan non formal, dan pelatihan-pelatihan.

“Prinsip Yaseni, membantu pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketentraman kota, dan membantu eks napi untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih baik. Kami ingin menumbuhkan solidaritas mantan napi kearah yang positif, selama ini solidaritas mantan napi lebih banyak kearah yang negatif,” tutup Amirullah Tahir, SH.

http://www.makassarterkini.com/artikel-makassar-terkini/artikel-makassar-terkini-1/info-komunitas.html

0 komentar:

Posting Komentar